Seorang botanis asal Inggris, Nathaniel Bagshaw Ward pada tahun 1842 menemukan sebuah cara baru dalam menanam tanaman. Bukan sembarang cara, karena teknik yang dia temukan secara ilmiah didefinisikan sebagai miniatur ekosistem darat yang dihadirkan dalam sebuah wadah kaca. Dahulu, orang-orang memanggilnya Wardian Cases yang diambil dari nama sang penemu. Sudah tahu? Itulah yang kini disebut orang dengan nama terarium.
Seperti akuarium yang digunakan memelihara makhluk hidup air, terarium cara untuk menanam tumbuhan dari ukuran yang sangat kecil. Wadah untuk terarium dapat apa saja asal transparan, seperti botol, gelas, toples, atau bahkan bohlam. Tujuannya agar tanaman dapat menyerap cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis. Selain itu, tentu saja agar tanaman dapat terlihat cantik karena terarium juga dapat digunakan sebagai penghias ruangan. Terarium juga dapat menjadi solusi untuk menghadirkan tanaman dalam rumah.
Harus diingat, terarium menggunakan tumbuhan asli sehingga juga membutuhkan perawatan layaknya tanaman biasa. Meski begitu, tanaman yang dipiih biasanya memiliki pertumbuhan lambat dan membutuhkan perawatan yang rendah. Untuk memudahkan perawatan, tempatkan tanaman dengan karakteristik yang sama sehingga dapat tumbuh dengan baik. Tumbuhan yang sudah terkenal digunakan untuk terarium, di antaranya tumbuhan paku, lumut, sukulen, kaktus, dan sanseviera.
Terarium dikelompokkan menjadi dua, yaitu terarium terbuka dan tertutup. Kategori ini mengacu pada wadah yang digunakan untuk terarium. Pada wadah tertutup, terarium memiliki siklus air yang berputar secara terus menerus. Siklus ini dimulai dari air yang diberikan ke tanaman lalu terjadi penguapan. Penguapan ini nantinya akan terhalang oleh tutup dan dinding wadah sehingga air akan jatuh kembali ke media. Karena itu, wadah tertutup cocok untuk tanaman yang tahan terhadap kelembapan tinggi. Namun, setidaknya satu minggu sekali wadah harus dibuka dan saat tumbuhan terlihat layu atau tidak lagi ada uap di dinding wadah, itu artinya tanaman membutuhkan air.
Sementara untuk terarium terbuka, penyiraman harus dilakukan lebih sering karena tanaman akan kehilangan air cukup banyak. Terarium jenis ini cocok untuk tanaman kering yang tidak tahan terhadap kelembapan tinggi. Baik wadah terbuka atau tertutup, pastikan tanaman mendapatkan cahaya. Namun, tumbuhan tidak boleh terkena cahaya matahari langsung atau jangan biarkan tanaman mendapat cahaya langsung terlalu banyak karena dapat membuat tanaman terbakar.
Untuk membuatnya pun, tak sulit dan dapat dilakukan sendiri, bahkan kegiatan ini dapat menjadi aktivitas favorit. Siapkan wadah, tanaman, arang, kerikil, lumut, dan tanah. Bahan organik lain, seperti coco peat atauspagnum moss juga dapat dijadikan alternatif. Paling dasar, letakkan kerikil dan arang, buat lapisan setinggi 2,5 cm. Lalu, masukkan lumut yang akan mencegah tanah tersaring ke dalam kerikil dan membantu untuk menyerap air.
Kemudian, masukkan tanah, sesuaikan dengan ukuran tempat serta panjang akar tanaman. Bisa juga, tambahkan tanah hingga mencapai 5 cm atau 7,5 cm. Tekan dengan lembut dan gali lubang kecil pada tanah untuk menanam tumbuhan. Latakkan zeolit di atas tanaman, hal ini dapat memudahkan pemeliharaan karena zeolit berperan sebagai indikator untuk pengisian air. Siram tanaman dan selanjutnya, tata terarium dengan hiasan agar semakin terlihat cantik. Selamat mencoba!